Sejarah dan Potensi Uji Banding Antar Laboratorium oleh Badak LNG
Uji banding antar Laboratorium
tersebut diberi nama All Terminal Correlation Test (ATCT). Kegiatan ini berlangsung
3 tahun sekali hingga 2020. Seiring berjalannya waktu, perusahaan terminal
penerima LNG yang ikut dalam uji banding ini semakin bertambah. Diantaranya
adalah Yokaichi (Chita Electric & Toho Gas), Himeji (Osaka Gas), Chita
(Toho Gas), Oita (Oita LNG). Dari hasil uji banding antar Laboratorium
tersebut, Badak LNG selalu mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini
membuktikan bahwa kualitas Laboratorium Badak LNG setara dengan Laboratorium
Gas di Jepang. Ya, sebagai orang Indonesia kita patut berbangga bisa menyamai
kualitas negara yang selalu ranking 3 besar dalam ekonomi dunia, Jepang.
Tidak hanya negeri
Sakura, di tahun 1988 seiring mulai dikirimnya pengapalan LNG perdana ke Korea
Selatan dua tahun sebelumnya. Maka, negara Gingseng tersebut juga “menantang” Laboratorium
Badak LNG untuk membuktikan kualitasnya sejajar dengan Laboratorium Korea.
Bertajuk sama, ATCT diselenggarakan 2 tahun setelah pengapalan LNG ke Korea
Selatan. Kali ini kota – kota terminal LNG seperti di Pyeongtaek, Incheon,
Tongyeong, Samcheok yang semuanya di bawah bendera Korea Gas (KOGAS) menjadi
peserta.
Mendekati tahun 90an,
tepatnya 1991 negara asia timur lainnya yaitu Taiwan mulai melakukan uji
banding antar laboratorium dengan Badak LNG. Seiring dengan dimulai pula
pengapalan LNG ke negara yang mempunyai nama lain Cina Taipei tersebut.
Terminal – terminal LNG yang terlibat adalah Yung-An & Taichung. Keduanya
di bawah koordinasi Chinese Petroleum Corporation atau biasa disingkat CPC.
Sukses dengan uji banding
antar Laboratorium yang dilakukan dengan pembeli LNG di bagian bisnis hilir
LNG. Badak LNG kembali melakukan uji banding antar Laboratorium pada bagian
hulu bisnis LNG. Berawal dari forum East Kalimantan Gas Coordination Meeting
(EKGCM) yang anggotanya merupakan seluruh produsen dan konsumen gas alam
Kalimantan Timur. Tercetuslah suatu forum antar Laboratorium Gas Kaltim yang
bertujuan untuk menyamakan kualitas pengujian gas alam di masing – masing Laboratorium
tersebut. Tajuk yang dipilih adalah Inter Laboratory Meeting (ILM). Kegiatan
utama dari ILM ini adalah uji banding antar Laboratorium Gas Alam. Apa yang
menjadi pembeda dengan ATCT? Perbedaannya adalah sampel yang diuji, perhitungan
statistik, dan tentu saja pesertanya sebagai pemegang kepentingan. Kegiatan ILM
dilakukan 3 bulan sekali dan masih bertahan hingga saat ini.
Peserta awal ILM tahun
1995 adalah Badak LNG, Pupuk Kaltim, Virginia Indonesia Company (VICO), Chevron
Lawe - Lawe, Total EP Indonesie (TEPI). Memasuki era tahun 2000an, peserta ILM
semakin bertambah dengan semakin bertambah pula ragam industri petrokimia di
Kaltim. Adapun perusahaan yang turut bergabung ke ILM adalah Kaltim Methanol
Industri (KMI), Kaltim Pasifik Amonia (KPA), Kaltim Parna Industri (KPI).
Memasuki dekade ke dua ILM, terdapat pendatang baru yaitu ENI Indonesia sebagai
produsen gas alam baru di Kaltim. Terdapat pula perubahan – perubahan anggota
ILM yang sebagian besar karena pengambil alihan aset seperti KPA oleh PKT, TEPI
oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Chevron oleh Pertamina Hulu Kalimantan Timur
(PHKT), dan VICO oleh Pertamina Hulu Sanga – Sanga (PHSS).
ATCT dan ILM masih berlangsung
hingga saat ini. Badak LNG telah menjaga reputasi kontrol kualitas LNG dan Gas
Alam bersama – sama dengan mitra domestik dan internasional. Namun, apakah
Badak LNG bisa memanfaatkan kemampuannya untuk selangkah lebih tinggi? Seperti
menjadi penyedia uji banding antar Laboratorium?
Dengan serangkaian
pengalaman yang dimiliki oleh Laboratorium Badak LNG tentang uji banding antar laboratorium.
Tentunya bukan mustahil Laboratorium Badak LNG juga menjadi penyedia uji
banding antar laboratorium dan menerapkan ISO 17053 pula. Mengingat semakin
berkembangnya potensi industri berbasis gas alam di Kalimantan Timur.
Badak LNG menjadi rujukan
sebagai petugas pengambil contoh (PPC) Gas Alam yang kompeten. Pada 2015,
LEMIGAS tercatat pernah melakukan studi banding ke Badak LNG untuk kompetensi
petugas pengambil sampel Gas Alam. Hal ini bukan tanpa sebab, Badak LNG telah
menjadi PPC dalam ATCT beberapa kali dan sebagian besar PPC dalam ILM. Studi banding
yang dilakukan LEMIGAS-pun ternyata mempunyai alasan tertentu, LEMIGAS ingin
sertifikasi ISO 17043.
Badak LNG menjadi rujukan sebagai petugas pengambil contoh (PPC) Gas Alam yang kompeten. Pada 2015, LEMIGAS tercatat pernah melakukan studi banding ke Badak LNG untuk kompetensi petugas pengambil sampel Gas Alam. Hal ini bukan tanpa sebab, Badak LNG telah menjadi PPC dalam ATCT beberapa kali dan sebagian besar PPC dalam ILM. Studi banding yang dilakukan LEMIGAS-pun ternyata mempunyai alasan tertentu, LEMIGAS ingin sertifikasi ISO 17043.
Potensi Badak LNG menjadi penyedia uji banding antar laboratorium khususnya di bidang LNG dan gas alam terbuka lebar. Dengan melihat kompetensi, pengalaman, dan pengakuan yang telah didapatkan oleh Laboratorium Badak LNG. Sejatinya, hal ini akan semakin mengukuhkan tagline Badak LNG untuk menjadi LNG Center of Excellence menjadi
0 Response to "Sejarah dan Potensi Uji Banding Antar Laboratorium oleh Badak LNG"
Post a Comment